-->

INFO LOWONGAN KERJA TERBARU KLIK DISINI

T2 Trainspotting (2017)

Dalam T2 alias Terminator 2: Judgment Day, T-800 kembali ke masa kemudian kemudian diburu oleh T-1000 yang sadis. Sedangkan pada T2 Trainspotting, Mark Renton (Ewan McGregor dengan secuplik seringai yang sama) pulang ke kampung halaman, mengenang masa muda, sebelum dikejar oleh Francis Begbie (Robert Carlyle) si sosiopat yang hendak menuntut balas atas kejadian 20 tahun kemudian (ending Trainspotting) kala Mark membawa kabur 16.000 pound. Rujukan usil judulnya cukup menjelaskan cara sutradara Danny Boyle dan penulis naskah John Hodge menangani pembiasaan lepas dari novel Porno dan Trainspotting karya Irvine Welsh ini, yang serupa film pertama, mau bersenang-senang, menggila di antara kelamnya cerita.

Apabila Darren Aronofsky melalui Requiem for A Dream menekankan bencana depresif akhir adiksi narkoba, Boyle dan Hodge, tanpa melupakan pengaruh buruknya, menempatkan tokoh-tokohnya selaku pecandu heroin sebagai cuilan hegemoni Brit culture, khususnya di lingkup perjaka kelas pekerja. Sikap semaunya, penyalahgunaan obat, ialah keliaran yang dipuja, sebagaimana idola mereka (Iggy Pop, Pulp, Blur) yang senantiasa didengarkan karyanya dan ketika itu menguasai musik dunia. Tapi itu 2 dekade lalu. Jatuhnya gerakan Britpop menandai perubahan jaman. Bagi yang enggan mengikuti perubahan bakal tertinggal, tenggelam, atau ibarat ungkapan Simon (Jonny Lee Miller yang semakin karismatik), "A tourist in his/her own youth".
Mark ialah turis masa mudanya, pulang ke Edinburgh pasca menjalani hidup "normal" di Amsterdam, yang nyatanya gagal berjalan lancar. Simon bersama kekasihnya, gadis Bulgaria berjulukan Veronika (Anjela Nedyalkova) mencari uang dengan pemerasan. Spud (Ewen Bremmer tepat mencampur abnormalitas dan kemurnian hati tokohnya) masih terjebak adiksi, menjauhkannya dari sang putera. Sedangkan Franco gres saja kabur dari penjara 5 tahun sebelum masa eksekusi (25 tahun) berakhir. Singkat cerita, kuartet ini belum berubah. Kesamaan yang eksklusif Boyle tegaskan melalui penggunaan Lust for Life milik Iggy Pop di opening layaknya pembukaan film pertama. T2 tak sekedar eksklusif menghentak, tapi menghentak dengan rasa sekaligus energi yang penggemar Trainspotting kenal baik.

Walau diawali saling pukul akhir pengkhianatan Mark 20 tahun lalu, reuni Simon dengannya (kemudian Spud) berujung anjuran bisnis membuka rumah pelacuran berkedok sauna. Kebutuhan akan modal besar tentu memaksa ketiganya melaksanakan tindak kriminal demi menghimpun uang. Jika dahulu semata disulut ambisi dan gejolak masa muda, penyebab para protagonis bersedia terjun lagi ke dunia hitam sekarang amat beralasan. Rasa bersalah ditambah kejatuhan ke titik nadir mendorong Mark, pun Spud yang ingin meninggalkan candu supaya sanggup akur dengan mantan kekasih pula anaknya. Simon awalnya hendak membalas perbuatan Mark, namun seiring pertemanan yang kembali terjalin niat itu perlahan kolam memudar. 
Walau "pendewasaan" rasanya bukan istilah tepat, kuartet Edinburgh kita tak lagi seliar dahulu. Sesekali heroin masih mengalir di pembuluh darah, tapi kecuali Spud, itu sekedar atas nama nostalgia. Bagai fosil yang sudah habis masanya, kejahatan dilakukan sebagai perjuangan nekat cenderung frustasi supaya bertahan hidup atau penebusan kesalahan demi menjalin kasih yang putus. Hal kedua merupakan tema besar T2 Trainspotting. Bukan Mark seorang, bahkan Franco yang berkat penampilan meyakinkan Carlyle menjalarkan rasa ngeri pada tiap kemunculan pun bergejolak hatinya mendapati si putera tunggal enggan meneruskan jalan kekerasan miliknya, menentukan menempuh pendidikan administrasi hotel. 

Melalui sekuelnya, Trainspotting tidak lagi berusaha membuat kontroversi, selaras dengan gaya Boyle yang meski bersama sinematografi Anthony Dod Mantle tetap menghadirkan momen sureal plus kesan disorientasi lewat pemakaian dutch angle, bayangan, gerak kamera dinamis, atau warna-warni neon, urung menyertakan abnormalitas macam "the worst toilet in Scotland" atau "bayi merayap". Juga konklusi yang menentukan fokus pada rekonsiliasi berbasis nilai moral. Toh T2 Trainspotting masih familiar, entah alasannya banyak acuan film pertama, cameo, lagu-lagu, maupun keseluruhan semangatnya. Adanya perbedaan merupakan cuilan proses perkembangan natural yang wajar, bahkan layak diterima karakternya. 

INFO LOWONGAN KERJA TERBARU KLIK DISINI

Iklan Atas Artikel


Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2


Iklan Bawah Artikel