The Battleship Island (2017)
Salah satu adegan The Battleship Island memperlihatkan Kang-ok (Hwang Jung-min) dan puterinya, So-hee (Kim Su-an) bernyanyi sambil menari di tengah gelap malam, hanya diterangi sorot lampu jalan. Ruang dan waktu seolah hanya milik berdua, ayah dan anak yang saling menyebarkan kasih sayang. Dalam letupan blockbuster, sensitivitas demikian yang menawarkan kepekaan sutradara bermain rasa keberadaannya makin langka. Ryoo Seung-wan (Veteran, The Berlin File) terperinci menyertakan segenap perasaan kala merangkai tiap keping film ini, entah kehangatan drama ayah-anak lewat momen cantik dan jenaka, atau semangat membara kolam didasari luka masa kemudian sebuah bangsa yang belum seutuhnya sembuh.
Judulnya merujuk pada Pulau Hashima, sentra tambang kerikil bara Jepang yang terletak 15 kilometer dari Nagasaki, dan beroperasi dari 1887 hingga 1974. Bentuknya mirip kapal perang, dilengkapi tembok kokoh mengitari pulau. The Battleship Island mengambil masa ketika pendudukan Jepang terhadap Korea memasuki babak akhir, tepatnya tahun 1945 jelang Perang Dunia II usai. Ratusan warga Korea dipaksa bekerja di Hashima, diperlakukan tak manusiawi. Tanpa mekanisme keamanan, para lelaki hanya mengenakan helm serta kain ala kadarnya yang menutupi potongan bawah tubuh. Ancaman gas bocor dan tambang runtuh enggan dipedulikan. Sedangkan perempuan jadi hiburan pemuas nafsu. Dan tidak sedikitpun upah diterima.
Kang-ok, seorang musisi yang bersama rekan-rekan satu grup band dan sang puteri, So-hee, berharap menerima hidup lebih baik di Jepang. Malang, mereka tertipu dan berakhir sebagai budak di Hashima. Ada pula Choi Chil-sung (So Ji-sub) si gangster, kemudian Park Moo-young (Song Joong-ki), anggota gerakan kemerdakaan Korea yang mengemban misi menyelamatkan seorang pejuang veteran. Misi Park inilah yang nanti memicu pergolakan besar di Hashima. Walau terinspirasi kondisi nyata, konflik maupun tokoh dalam naskah buatan Ryoo Seung-wan sepenuhnya fiksi. Perlawanan rakyat, peperangan di tengah laut, elemen prison break, semua rekaan. Sebuah skenario "what if" selaku surat cinta bagi masa kemudian yang bukan saja berisi empati, pun api usaha membara.
Melalui The Battleship Island Ryoo menandakan versatilitas sebagai sutradara, khususnya dalam ranah blockbuster paket lengkap yang bisa merasuki bermacam-macam ruang emosi penonton: drama menyentuh hati, humor penggelak tawa, agresi bombastis pemacu adrenalin yang juga kaya rasa. Kolaborasi Ryoo bersama sinematografer Lee Mo-gae menghasilkan gambar-gambar sempurna mewakili tiap perasaan dari kehangatan tarian Kang-ok dan So-hee mirip telah dideskripsikan paragraf pembuka, keseraman banyak sekali siksaan yang diterima rakyat Korea (wanita yang digelindingkan di ranjang paku jadi hal paling menyakitkan), hingga pemandangan menggetarkan ketika bendera matahari terbit dibentangkan kemudian dirobek.
Jika Song Joong-ki sebagai Park ialah otak yang pintar berkalkulasi, So Ji-sub melalui machismo kelas satu miliknya merupakan otot, maka Hwang Jung-min dan Kim Su-an ialah hati film ini, perekat ikatan penonton dengan narasi. Bersama keduanya kita tertawa, bersama keduanya kita menangis. Kekuatan terbesar Hwang bersumber dari mata plus senyum yang di satu kesempatan mengekspresikan kekonyolan, kemudian di kesempatan berikutnya menyiratkan kasih nrimo luar biasa kuat. Begitu pula Kim. Kita akan tergelak menyaksikan bocah 11 tahun ini penuh kekesalan merespon tingkah ayahnya, tapi siapa tidak luluh melihat tangisnya jatuh?
Tiada momen percuma sepanjang 132 menit durasi roller coaster aneka emosi ini. Ryoo Seung-wan pun piawai membangun atmosfer tak mengenakan hasil suasana kumuh setting hingga kekerasan menyakitkan. Semisal perkelahian di kamar mandi yang amat kasar, brutal, memancing ngilu tiap badan membentur lantai keramik. Puncaknya titik puncak pertempuran 30 menit terakhir yang enggan berhenti menggedor jantung, menyesakkan dada dari detik ke detik. Kamera bergerak dinamis, bagai terbang bebas meliputi tiap sudut peperangan, musik menghentak gubahan Adam Klemens setia mengiringi, sedangkan naskah Ryoo kerap menyelipkan one liners bernada usaha yang sukses mengkremasi hati. Pada titik ini kita telah terkoneksi dengan para tokohnya, akhirnya mendapati usaha mati-matian mereka, sebenarnya bertaruh nyawa demi keselamatan bersama memunculkan imbas emosional yang tak pernah putus sepanjang titik puncak bergulir. One of the most epic action sequence in years. The Battleship Island sendiri ialah blockbuster modern sempurna.