-->

INFO LOWONGAN KERJA TERBARU KLIK DISINI

The Promise (2017)

The Promise jadi usaha Sophon Sakdaphisit (Ladda Land, Coming Soon, The Swimmers) menyuguhkan horor dengan pondasi dramatik. Tampak dari unsur persahabatan serta kekeluargaan kental dalam naskah karya Sophon bersama Sopana Chaowiwatkul dan Supalerk Ningsanond. Alih-alih seketika meneror, penonton terlebih dulu diajak berkenalan dengan dua cukup umur yang bersahabat, Ib (Panisara Rikulsurakan) dan Boum (Thunyaphat Pattarateerachaicharoen). Tidak hanya selalu bersama, kedua ayah mereka pun menjalin kolaborasi pada sebuah proyek pembangunan gedung. Sampai krisis finansial tahun 1997 merenggut segalanya.

Keputusan sempurna menggunakan krisis moneter sebagai latar, alasannya yaitu motivasi dan kondisi psikis aksara sanggup terjabarkan tanpa perlu menyita banyak waktu. Selipan sederet stock footage turut membantu penonton memahami lingkup permasalahan yang menghancurkan hidup dua tokoh utama. Keduanya jatuh miskin sekaligus mesti menghadapi kekerasan ayah masing-masing. Tertekan luar biasa, mereka tetapkan bunuh diri. Namun sehabis Ib menarik pelatuk, Boum yang ketakutan menentukan kabur. 20 tahun kemudian, Boum (Namthip Jongrachatawiboon) yaitu perempuan karir sukses dengan seorang puteri berjulukan Bell (Apichaya Thongkham). 
Mencapai sekitar 20 menit durasi, barulah The Promise menampakkan horornya ketika arwah Ib kembali demi menagih janji. Bukan nyawa Boum yang diincar, melainkan Bell, yang segera berumur 15 tahun, usia yang sama dengan Ib kala bunuh diri. Metode menakut-nakutinya masih berkutat di pakem jump scare berbumbu imbas bunyi kencang, tapi The Promise punya tata bunyi mumpuni yang hampir selalu berhasil menghasilkan daya kejut maksimal walau kita telah bersiap sekalipun. Meski perlu diakui bukan jalan elegan, setidaknya formasi hentakan bisa menjaga tensi. 
Patut diapresiasi juga yaitu keberanian Sophon meniadakan penampakan secara gamblang. Hasilnya, arwah Ib terjaga sebagai entitas misterius yang bisa seketika menghantui entah lewat menggerakkan barang atau melalui membuktikan lain. Kesan sang arwah senantiasa mengintai dari balik kegelapan menunggu kesempatan teror paling berpengaruh terasa dalam dua momen: face detector dan sewaktu Boum nekat mencari keberadaan Ib bersama seorang bocah. Sayang, mencapai paruh selesai di mana intensitas semestinya memuncak, Sophon bagai kehabisan akal, bergantung pada repetisi jump scare minim daya cengkeram.

Kelemahan terbesar The Promise terletak di third act. Sophon berlama-lama berkutat di banyak sekali titik. Pun keputusan memberi sentuhan drama turut menjadi bumerang tatkala filmnya dipaksa menghadirkan ragam resolusi jauh sehabis bahaya utama berakhir. Apalagi balutan dramanya sendiri bergulir tak seberapa solid. Di satu sisi, sebagai horor, The Promise jadi mempunyai bobot, ada sesuatu untuk diceritakan ketimbang sepenuhnya parade jump scare. Namun di sisi lain, akibat harus menyebarkan dengan elemen horor, tuturan kisahnya kekurangan porsi pengembangan yang berperan vital mengikat emosi penonton. Padahal jajaran pemain punya kapasitas memadahi, baik Apichaya Thongkham yang cute dan likeable atau Namthip Jongrachatawiboon sebagai ibu sekaligus mitra yang didera keputusasaan.

INFO LOWONGAN KERJA TERBARU KLIK DISINI

Iklan Atas Artikel


Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2


Iklan Bawah Artikel